Jumat, 19 November 2010

RIP

R I P

Nama : Andy Winardy Putra
Sekolah : SMA Negeri 5 Batam
Alamat : Bida Ayu Blok C1/7


“SAYA MENYATAKAN DENGAN INI BAHWA CERPEN BERIKUT BENAR-BENAR CIPTAAN SAYA”


Saat itu aku adalah anak kelas 3 pindahan dari Jakarta di SD N 003 Batam. Aku tidak berani bergabung dan mengobrol seperti anak-anak yang lain karena merasa malu dan merasa diriku tidak seperti anak-anak yang lain yang sudah saling mengenal. Aku berpikir seperti itu karena aku tidak mengenal seorangpun di kelasku. Teman-teman lainpun tidak mau untuk memulai duluan perkenalan denganku. Walaupun berada di kelas yang ramai itu, aku tetap merasa sendiri karena tidak memiliki teman.
Akhirnya ada seseorang yang mau duduk sebangku denganku dan mengajak berkenalan, orang itu bernama Rhino, anak yang ternyata tinggal tak jauh dari rumah baruku di Jakarta.Lalu Rhino memperkenalkanku dengan teman-teman lainya, akupun merasa sangat senang dan merasa tidak sendiri lagi. Karena Rhino adalah teman sebangkuku, Rhino bercerita banyak tentang kehidupanya.
Ternyata Rhino adalah anak yang terbilang sangat tegar dalam melakoni kerasnya hidup yang harus ia jalani. Ayah dan ibunya bercerai ketika ia masih berusia 3 tahun. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan salah seorang wanita sukses di Singapura. Sedangkan ibunya harus meninggalkan dia untuk selamanya karena penyakit yang diidap sebelumnya. Akhirnya Rhino tinggal dan dibesarkan oleh bibinya, meskipun dia mendapat kasih sayang oleh bibinya namun dia masih sering merasa kesepian. Dari situlah aku mulai berpikir mengapa Rhino mau menghampiriku dan menjadi teman sebangkuku.
Di rumah Rhino dan aku menjadi teman bermain yang sangat akrab. Bahkan ibuku juga sudah menganggap Rhino sebagai anaknya. Tiap hari kami selalu bermain bersama. Setiap hujan turun Rhino paling suka mengajakku bermain hujan. Disaat itu kami berlari, tertawa, bertingkah semaunya, hingga bermain hujan menjadi kebiasaan kami sampai menginjak kelas 6 SD. Tak jarang di antara kami terserang flu karena bermain hujan, namun kami tak pernah jera.
Setelah lulus dari SD N 003, kami melanjutkan pendidikan kami di sebuah sekolah menengah negeri. Ditingkat SMP inilah aku benar-benar merasakan kedewasaan Rhino, solidaritas, setia kawan, bijaksana, hal demikianlah yang melekat erat pada Rhino, tak heran bila dia selalu terpilih menjadi ketua kelas. Bahkan cewek-cewek di sekolah itu menganggap Rhino sebagai cowok idaman, bisa dibilang memang begitu, sebab Rhino memang seorang yang rupawan dan memiliki sifat yang biasa mereka sebut ‘cowok banget’.
Pernah suatu hari ketika aku, Rhino, dan teman sekelas kami mengadakan liburan bersama, aku merasakan ada sesuatu yang di sembunyikan Rhino. Waktu itu kami bepergian ke pantai untuk melepaskan kepenatan belajar satu semester. Yeah disana kami pun berenang bermain air bersama. Setelah lelah bergembira ria dengan bermain air, perut kami semua pun terasa lapar. Waktu makan siang pun tiba. Ketika sedang lahapnya kami menyantap makanan, kulihat hidung Rhino mengeluarkan tetesan darah, kemudian dia memalingkan muka dari kami semua dan menyapu hidungnya dengan sapu tangan yang selalu dibawanya.
“Kau kenapa Rhino ?” Tanyaku penasaran
“Ha? Apa sich? Aku gak apa apa Dika” Jawabnya seperti menyembunyikan sesuatu.
“Gak apa-apa gimana? Hidungmu meneteskan darah kental tuh.” Ucapku prihatin, dan teman yang lain berhenti makan sejenak sambil memperhatikan wajah Rhino yang terlihat pucat
“Aku cu , , , cuma , ,”Sambil terjatuh pingsan
Melihat Rhino terjatuh pingsan aku dan seorang teman lainya segera bergegas merangkul dan membawa Rhino ke rumah sakit yang kebetulan tak jauh dari tempat kami bertamasya.
Di rumah sakit itu, aku dan teman lainya sangat khawatir dengan keadaan Rhino. Setelah menunggu sekitar 30 menit, terdengar suara pintu dari ruangan Rhino diperiksa, ternyata itu adalah dokter yang memeriksa Rhino dan dengan perasaan yang tak karuan akupun segera menanyakan keadaan Rhino.
“Bagaimana keadaan teman saya dok?”
“Hmmm , , ,tenang saja, temanmu tidak apa-apa, dia hanya terkena anemia atau kekurangan darah.” Jawab dokter itu santai
“Lalu bagaimana dok?”
“Hm… tolong biarkan dia istirahat untuk beberapa hari ini dan jangan diganggu dulu ya…” Saran Dokter pada ku lalu masuk ke dalam ruangan.
Semenjak itu aku masih terheran-heran dengan apa yang terjadi pada Rhino. Pasalnya bukan sekali dua kali saja dia seperti itu, setiap kelelahan dia selalu meneteskan darah kental dari hidungnya. Semenjak kejadian itu aku mulai bertanya-tanya dan merasa prihatin terhadap keadaan Rhino. Setiap aku menanyakan tentang kejadian itu, Rhino seaakan selalu mencoba mengalihkan pembicaraan. Akupun segera membuang jauh-jauh firasat burukku terhadap Rhino itu.
Waktu demi waktu berlalu, dan kami semua bernostalgia meneriakkan kebahagiaan kami setelah berhasil menyelesaikan pendidikan kami di SMP itu. Salah seorang teman kami memberikan saran untuk kami merayakanya di sebuah resort tepi pantai.
Akhirnya, kami sekelas pun pergi ke resort tersebut. Kami semua menghabiskan waktu bermain di sana. Yeah, malam itupun tiba. Ketika kami semua sedang tidur, aku mendengar suara pintu, ternyata itu Rhino yang tidak bisa tidur, sambil mengendap aku ikuti Rhino, dia berjalan menuju pelantaran pantai. Aku mengintipnya dari sebuah pondasi, setelah aku perhatikan rupanya
Rhino hanya merenung menatap nanar,. akupun segera menghampirinya.
“Ko’ kau tak tidur bro?” Tanyaku sambil berjalan mendekati Rhino.
“Eh kau Dika,mengagetkan saja” Tersadar sambil membalikkan badan.
“Kenapa? Kau mikir sekolahmu nantinya ya? Tenang aja kali, kau kan pintar , banyak lah sekolah yang bisa nerima.”Ucapku menebak pikiran Rhino.
Rhino hanya terdiam dan tak lama kemudian hujan kecil sedikit demi sedikit membasahi kami yang berteman sunyinya malam itu. Aku hendak beranjak, namun aku masih terheran dengan Rhino.
“Dika , , ,” Terdengar suaran lirih Rhino memecah suara gerimis itu.
“Apa ?
“Kau tentu masih ingat masa kecil kita yang suka bermain hujan, aku punya alasan mengapa aku sangat senang hujan. Yeah,, aku sangat senang hujan karena di tempat tinggalku yang sepi, yang bisa menemaniku adalah suara hujan, aku merasakan suatu kebahagiaan pada saat hujan turun, mungkin ini semua karena aku tak begitu merasakan kasih sayang orang tua, terkadang aku merasa iri terhadap kalian semua yang selalu merasakan hangatnya kebersamaan keluarga. Aku merindukan dan sangat memimpikan itu Dika.” Jelas Rhino.
“Jangan begitu kawan, kau masih punya bibimu, kau masih punya aku, ya kita dan teman-teman lainya.”
“Huhhh , , ,trima kasih Dika. Kalau hari pertama kita mendaftar sekolah nanti aku tidak datang, aku mungkin sudah pindah ke tempat yang sangat jauh yang kaupun mungkin tak bisa menjangkaunya.”
“Emang kau mau kemana?” Tanyaku penasaran. Belum sempat Rhino menjawab pertanyaanku, tiba-tiba hujan semakin lebat dan Rhino segera mengajakku masuk ke penginapan.
Sambil berlari, kulihat Rhino dengan tatapan tajam penuh curiga, aku benar-benar tidak mengerti apa maksud dari perkataan Rhino itu. Malam itu perasaanku benar-benar tak karuan memikirkan Rhino, sejuta pertanyaan dan firasat burukpun menghampiriku.
Keesokan harinya kami pulang ke rumah masing-masing dan beristirahat, karena hari berikutnya kami harus bergegas melakukan pendaftaran di beberapa sekolah. Di rumahpun aku masih memikirkan pernyataan Rhino malam itu, hingga ibuku bertanya-tanya padaku mengapa aku terlihat murung selepas dari pantai, namun aku hanya terdiam tanpa sedikitpun penjelasan.
Hari pendaftaran sekolahpun tiba. Aku telah menunggu sekitar setengah jam namun Rhino tak kunjung datang seperti janjinya. Padahal selama ini yang kutahu Rhino tak pernah molor terhadap janjinya, bahkan tak pernah aku yang menunggu Rhino, selalu aku yang ditunggu Rhino. Karena perasaan cemasku semakin menjadi-jadi,akupun segera menghampiri rumah Rhino. Beberapa kali aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam di rumah itu, namun tak ada yang menyahut, dan tak beberapa lama kemudian terdengar suara teriakan yang ringkih dari rumah sebelah.
“Hai nak , , , orangnya gak lagi dirumah, semalam ada ambulans yang datang angkat si Rhino, kayaknya Rhinonya pingsan tuh’
“Astaga ! Dibawa kerumah sakit mana dia nek ?” tanyaku cemas.
“Kalau gak salah rumah sakit,,, oto,,,oto,,,”
“Otorita Batam ya nek ?”Jelasku menebak pikiranya.
“Iya iya, betul itu nak.”Setelah mendapat informasi dari perempuan tua itu, aku segera bergegas menuju RS.Otorita Batam.
Sesampainya disana aku segera menghampiri salah seorang resepsionis untuk menanyakan keberadaan Rhino. Ketika resepsionis itu sedang mencari data Rhino, terdengar suara tangis yang miris bersuara lirih dari seorang ibu yang berada tak jauh dari tempat aku berdiri. Sejenak kkupandangi ibu itu dan akupun tersentak kaget, karena yang uliohat itu ternyata bibi Rhino dan aku mencoba mendekatinya.
“Ada apa bi ? Bibi kenapa ?”Tanyaku dengan suara lembut
“Rhino , , ,Rhino,Dika.”Sambil Terisak
“Ada apa bi? Apa yang terjadi padanya?”Dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Rhino dah gak ada , , ,’Dengan suara semakin keras.
Mendengar perkataan bibi air mataku seketika berlinang deras bersambut hujan di luar rumah sakit itu. Tubuhku lemas terjatuh ,seakan tak percaya sahabat sejatiku Rhino telah tiada. Aku benar-benar terpukul waktu itu, sejenak terbayang olehku kisah suka duka, tawa canda yang kami lakoni bersama. Kembali ku ingat kejadian di pantai kala itu, tak luput pula perkataan Rhino tentang kepergianya menuju tempat yang tak bisa aku jangkau, ternyata selama ini Rhino merahasiakan tentang penyakit kanker otak yang dialaminya kepadaku.
Hingga sampai hari pemakaman Rhino, kesedihan masih membelenggu jiwaku. Haru biru kala itu bersahutan dengan hujan bak ikut menangisi seorang sahabat terbaik. Kutatapi gundukan tanah yang masih merah dan batu nisan bertuliskan nama sahabat sejatiku, seorang yang begitu tegar menghadapi kenyataan yang harus diterimanya karena kesepian tanpa orang tua. Sahabat yang mampu mengerti aku, sahabat yang mampu memecah kesepianku, dia adalah pelipur laraku.
Rhino telah tiada, kala hujan turun aku selalu teringat tentang kesukaanya itu, kudengarkan suara hujan yang selalu menghapus sepinya. Dingin yang membelenggu ku biarkan memelukku, tetap saja kedengar, kupandangi tetes demi tetes hujan dari jendelaku. Dari pandanganku yang menembus keluar jendela itu seakan-akan aku melihat kami bermain hujan bersama dimasa dulu. Ya, hujanlah yang selalu mengingatkan dan membuatku merasa dekat dengan Rhino. Entah apa kata yang tepat untuk protes terhadap waktu, air mataku sanggup katakan lebih banyak dari pada pesan yang disampaikan semua kata. Masih tergambar jelas alunan takdir bersama lewati malam, bicara, tertawa, bertingkah semaunya.
Kini sahabat sejati teman bermimpi telah pergi. Selamat jalan Rhino, seperti lagu yang dulu sering kita nyanyikan, yeah selamat jalan, selamat jalan sahabat, Rhyme In Peace.




Nama : Andy Winardy Putra
Sekolah : SMA Negeri 5 Batam
Alamat : Bida Ayu Blok C1/7


“SAYA MENYATAKAN DENGAN INI BAHWA CERPEN DI ATAS BENAR-BENAR CIPTAAN SAYA”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar